Pengikut

Selasa, 11 April 2017

MAKALAH RUANG LINGKUP DAN DISIPLIN KEWIRAUSAHAAN




MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN
FAKULTAS TEKNIK
PRODI SISTEM INFORMASI
DOSEN PENGAMPU : ABIDATUL MUKHOYAROH S.Sos, M, SI

 

PENYUSUN
NUR INAYATUL WAFIYA (4116085)


UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM (UNIPDU)
JOMBANG
2016

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan hidayah, inayah serta rahman dan rahim-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kewirausahaan dengan judul “Ruang Lingkup dan Disiplin Wirausaha” ini. Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, yang telah membimbing kita menuju ke jalan yang terang benderang serta terdapat banyak teladan bagi umatnya
Tentunya dalam penulisan tugas ini tidak lepas dari dukungan dan masukan serta motivasi dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih. Kami menyadari dalam penulisan makalah terdapat kekurangan, karena kami masih dalam proses belajar, namun kami berharap hasil pengamatan dari berbagai sumber yang resmi ini bermanfaat bagi pembaca serta sebagai pembanding untuk makalah-makalah selanjutnya.
Kritik dan saran sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki dan bisa menulis dengan lebih baik lagi dalam makalah-makalah selanjutnya. Selebihnya kami mohon maaf dan terima kasih yang sebesar besarnya.


Jombang, 01 Maret  2017


Penulis





DAFTAR ISI










PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perubahan global yang terjadi hampir pada seluruh aspek kehidupan, perhatian terhadap pentingnya kewirausahaan hampir dirasakan oleh setiap orang dan setiap bangsa. Hidup di era reformasi, rekonstruksi organisasi, perampingan struktur, dan perkembangan teknologi, telah berdampak pada perubahan cara pandang manajemen dalam mengelola organisasi yang lebih terpusat pada pengimplementasian organisasi yang padat modal. Untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas perusahaan, manajemen lebih berfokus pada penerapan teknologi terkini dibandingkan dengan investasi pada tenaga kerja. Dalam konteks kompetisi industri yang terjadi di negara-negara berkembang, di Indonesia kebijakan dan cara pandang seperti ini, telah menimbulkan kebijakan pemutusan hubungan kerja yang berujung pada bertambahnya jumlah penduduk pengangguran. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar serta ketersediaan lapangan kerja yang sangat terbatas serta kondisi ekonomi yang belum pulih sebagai dampak krisis mata uang dan krisis ekonomi di penghujung tahun 1997, telah menimbulkan kesengsaraan bangsa yang berlarut-larut. Kondisi tersebut kini bahkan semakin diperparah oleh serangkaian bencana alam yang melanda sebagian wilayah Indonesia, bencana tanah longsor dan banjir di Pulau Jawa, guncangan gempa dan kekeringan di Nusa Tenggara Timur, tsunami di Aceh, serta gempa tektonik yang melanda Nias, telah menempatkan bangsa Indonesia pada posisi yang semakin terpuruk di tengah-tengah upaya pemulihan ekonomi yang sedang berjalan.
Dalam makalah ini, kami mendiskusikan konsep kewirausahaan dengan kesadaran bahwa globalisasi bukan lagi merupakan suatu abstraksi, tetapi sudah merupakan suatu kenyataan hidup di mana setiap bangsa di negara mana pun harus menghadapinya. Globalisasi yang didorong oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi terutama teknologi informasi telah berimplikasi pada kaburnya batas-batas antarnegara, dunia semakin terbuka, transparan, dan menjadi satu yang oleh Kenichi Ohmae disebut sebagai the borderless world atau desa dunia. Pada konteks inilah setiap bangsa dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, ekonomi, politik, sosial dan budaya, serta bidang pendidikan.
Kehidupan yang terus berlanjut dan bencana alam serta krisis yang terjadi dapat dipandang sebagai suatu peristiwa seleksi alam di mana bangsa-bangsa yang tidak memiliki SDM yang unggul akan terpuruk dalam ketidakberdayaan, sementara itu, bangsa yang didukung oleh manusia-manusia yang unggul, punya visi, dinamis, serta memiliki integritas dan komitmen terhadap kemajuan akan terus hidup dan menjadi bangsa yang disegani. Dengan bertolak dari dasar pemikiran tersebut maka jelas peran pemerintah dan seluruh lembaga yang ada di masyarakat harus ditujukan pada upaya untuk menciptakan benih manusia-manusia Indonesia yang unggul, yaitu sosok manusia Indonesia yang memiliki mental dan semangat wiraswasta atau yang sekarang lebih populer dengan sebutan wirausaha.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa itu kewirausahaan ?
2.      Bagaimana karakteristik kewirausahaan dan karakteristik wirausaha ?
3.      Bagaimana nilai dan perilaku wirausaha ?
4.      Apa ciri seorang wirausahawan ?
5.      Bagaimana proses kewirausahaan ?
6.      Apa saja faktor-faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan wirausaha ?

1.3 Tujuan Penulisan

a.       Sebagai tugas untuk mata kuliah kewirausahaan
b.      Untuk melatih penulis dalam membuat makalah.
c.       Untuk mengetahui arti wirausaha dan pendapat para ahli

1.4 Manfaat Penulisan

1.      Membantu mahasiswa memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang konsep dasar kewirausahaan, karakteristik kewirausahaan dan wirausaha, nilai dan perilaku wirausaha, motif menjadi wirausaha, serta proses kewirausahaan dan faktor-faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan wirausaha.
2.      Memberikan informasi secara mendalam mengenai pengertian kewirausahaan, karakteristik kewirausahaan dan wirausaha, nilai dan perilaku wirausaha, motif menjadi wirausaha, serta proses kewirausahaan dan faktor-faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan wirausaha.


PEMBAHASAN


Konsep-konsep Dasar Kewirausahaan

Ketika pertama kali membaca setiap literatur kewirausahaan, hampir dapat dipastikan bahwa keingintahuan pertama kali yang muncul dalam benak kita, “seperti apa sebenarnya orang yang disebut wirausaha itu? Apa yang membedakan mereka dari pengusaha lainnya? Serta apa yang membuat mereka begitu spesial? Pertanyaan seperti ini sudah barang tentu membutuhkan pembahasan panjang yang berkaitan langsung dengan konsep dasar kewirausahaan
Jika kita menengok literatur asing, makna yang terkandung pada konsep-konsep wirausaha tersebut adalah sepadan maknanya dengan kata entrepreneurship dalam bahasa Inggris. Istilah entrepreneur itu sendiri berasal dari bahasa Prancis, yaitu entreprendre yang mengandung makna to undertake yang berarti mengerjakan atau berusaha atau melakukan suatu pekerjaan. Ronstadt dalam (Kuratko dan Hodgetts 1989 p.6) menjelaskan bahwa the entrepreneur is one who undertakes to organize, manage, and assume the risks of the business, yang berarti bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang berupaya untuk mengatur, mengelola, serta bersedia menanggung risiko dari suatu usaha.
Di negara kita, kewirausahaan itu sendiri mulai dikenal masyarakat secara umum sejak Suparman Sumahamidjaya mempopulerkan istilah wiraswasta. Sejak saat itu mulailah istilah wiraswasta dimuat di berbagai media masa, seperti surat kabar, majalah, dalam siaran radio, dan televisi, bahkan pada perkembangan selanjutnya berbagai ceramah dan seminar serta kursus-kursus, diselenggarakan untuk merangsang minat dan perhatian masyarakat terhadap pengembangan kewirausahaan di tanah air. Banyak tokoh dan pemerhati yang mencoba memberikan pengertian tentang “apa sebenarnya yang dimaksud dengan wiraswasta” Beberapa pemerhati yang mengikuti lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan Kewirausahaan di Indonesia pada tahun 1976, antara lain Suparman, Moh. Said, W.P. Napitupulu, Rusly Syarif, Taufik Rashid dan Bing. P. Lukman, menyebut-nyebut pengertian wiraswasta sebagai kegiatan atau orang yang melakukan kegiatan dengan karakteristik inovatif, produktif, kreatif, tekun, ulet, tidak cepat puas, dan berani mengambil risiko dengan perhitungan terlebih dahulu (Syarif 1976).
Wiraswasta adalah seorang yang modal utamanya adalah ketekunan, keterampilannya yang dilandasi sikap optimis, kreatif dan melakukan usaha sebagai pendiri pertama disertai pula keberanian menanggung risiko berdasarkan suatu perhitungan dan perencanaan yang tepat. Secara etimologis istilah wiraswasta berasal dari kata wira dan swasta. Wira, artinya berani, utama, gagah, luhur, teladan, perkasa, atau pejuang. Swasta adalah paduan dari kata swa dan sta. Swa, artinya sendiri dan sta, artinya berdiri. Bertolak dari arti secara etimologis tersebut Wasty Soemarno (1984 h.43) merumuskan pengertian wiraswasta sebagai berikut “Wiraswasta ialah keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatanyang ada pada diri sendiri”. Rumusan senada disampaikan pula oleh Pusat Latihan Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (1995 h.4).
“… wiraswasta/wirausaha berarti pejuang yang gagah, luhur, berani, dan pantas menjadi teladan dalam bidang usaha. Dengan kata lain wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat kewirausahaan, yaitu keberanian mengambil risiko, keutamaan, kreativitas, dan keteladanan dalam menangani usaha atau perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan sendiri.
Konsep entrepreneur itu sendiri sebenarnya mulai diperkenalkan pada abad kedelapan belas (abad ke-18) di Prancis ketika seorang ahli ekonominya yang bernama Richard Cantillon mengaitkan antara beban risiko yang harus ditanggung oleh pemerintah dengan para pengusaha di dalam menjalankan roda ekonomi. Pada periode yang sama, di Inggris sedang terjadi pula revolusi industri yang melibatkan sejumlah entrepreneur. Pada sat itu mereka merupakan pemeran kunci revolusi terutama apabila dikaitkan dengan keberaniannya dalam pengambilan risiko dan transformasi sumber daya (Kirzner 1979). Pada saat itu juga, telah banyak para ahli ekonomi yang mencoba merumuskan pengertian yang terkandung pada istilah entrepreneur ini. Sampai dengan tahun 1950-an telah terdapat sejumlah definisi dan referensi entrepreneur serta kebanyakan merupakan buah pikiran yang disumbangkan oleh para ahli ekonomi. Sebagai contoh, Cantillon (1725), Jean Baptiste Say (1803) ahli ekonomi Prancis yang termasyur pada saat itu, Josep Schumpeter (1934) ahli ekonomi yang geniuspada abad ke-20. Mereka semua telah menulis tentang entrepreneurship dan dampaknya terhadap pembangunan ekonomi. Pada dekade berikutnya, telah dilakukan pula sejumlah upaya untuk melukiskan dan mendefinisikan tentang apa sebenarnya entrepreneurship ini. Sebagai contoh, berikut kami kemukakan beberapa batasan entrepreneurship tersebut.
“… entrepreneurship … consist in doing things that are not generally done in the ordinary course of business routine; it is essentially a phenomenon that comes under the wider aspect of leadership (Schumpeter 1951, p.255).
(Kewirausahaan merupakan segala tindakan yang pada umumnya tidak dilakukan pada kegiatan bisnis secara rutin, melainkan merupakan sebuah fenomena yang muncul dalam aspek-aspek kepemimpinan).
Entrepreneurship, at least in all no authoritarian societies, constitutes a bridge between society as a whole, especially the economy aspects of that society, and the profit-oriented institutions established to take advantage of its economic endowments, and to stratify, as bees they can, its economic desires (Cole 1959, pp. 27-28).
(Kewirausahaan, paling tidak di lingkungan masyarakat yang tidak otoriter, merupakan jembatan dalam masyarakat secara keseluruhan, terutama menyangkut aspek-aspek ekonomi di masyarakat tersebut, dan pada lembaga-lembaga yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented) yang didirikan untuk mengambil keuntungan dari seluruhsumber ekonomi yang dimiliki serta untuk memuaskan kebutuhankebutuhan ekonomi dari masyarakat tersebut dengan sebaik-baiknya).
In … entrepreneurship, there is agreement that we are talking about a kind of behavior that includes: (1) initiative taking, (2)the organizing or reorganizing of social economic mechanism to turn resources and situations to practical account, and (3) the acceptance of risk of failure (Shapero 1975, p. 187).
(Di dalam … kewirausahaan, terdapat kesepakatan bahwa kita sedang membicarakan tentang suatu perilaku yang mencakup (1) pengambilan inisiatif,(2)pengorganisasian atau pengorganisasian kembali mekanisme sosial ekonomi untuk mengubah situasi dan sumber daya menjadi sesuatu yang menguntungkan, dan (3) penerimaan risiko atas kegagalan).

Unsur pokok wirausahawan sukses

Menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuehl dalam buku Entreprenuership (1999), kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangunsuatu value dari yang belum ada menjadi ada dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Katanya, setiap wirusahawan (entrepeneur) yang sukses memiliki 4 unsur pokok yaitu:
1.      Kemampuan(Hubungannya dengan IQ dan skill)
a.       Dalam membaca peluang
b.      Dalam berinovasi
c.       Dalam mengelola
d.      Dalam menjual
2.      Keberanian (Hubungannya dengan EQ dan mental)
a.       Dalam mengatasi ketakutannya
b.      Edalam mengendalikan resiko
c.       Untuk keluar dari zona kenyamanan
3.      Keteguhan Hati (Hubungan dengan Motivasi Diri)
a.       Persistence (Ulet), pantang menyerah
b.      Determinasi (Teguh akan keyakinanya)
c.       Kekuatan akan pikiran (Power of Mind) bahwa anda juga bisa.
4.      Kreativitas yang menelurkan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi(Experiences)

Disiplin Ilmu Kewirausahaan

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku sesorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi.
Menurut Soeharto Prawirakusumo, pendidikan kewirausahaan perlu diajarkan sebagai disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena:
a)      Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata, yaitu ada teori, konsep dan metode ilmiah yang lengkap.
b)      Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu venture stsrt-up dan venture-growth, ini jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.
c)      Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
d)     Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan.

Ruang Lingkup Kewirausahaan

1.      Lapangan agraris
Mencakup berbagai kegiatan kewirausahaan yang ada pada sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan. Misalnya yaitu para petani yang menanam padi sehingga padi tersebut dapat diperjualbelikan. Atau juga, para pengusaha perkebunan yang menanam berbagai tanaman yang dapat dipanen dan kemudian dapat diperjualbelikan seperti teh, kopi dan kelapa sawit.
2.      Lapangan perikanan
Semua kegiatan kewirausahaan tentu saja berhubungan dengan ikan. Ada usaha pemeliharaan ikan dan penetasan ikan, contohnya budidaya lele atau ikan hias. Ada pula usaha makanan ikan yaitu pembuatan pakan ikan seperti pelet. Kemudian, usaha pengangkutan ikan pun tercakup dalam ruang lingkup ini.
3.      Lapangan peternakan
Ruang lingkup kewirausahaan ini mencakup semua usaha dalam sektor peternakan. Misalnya saja usaha pengembangbiakkan burung atau unggas, dan ada juga usaha peternakan bangsa binatang menyusui seperti kambing dan sapi.
4.      Lapangan perindustrian dan kerajinan
Dalam ruang lingkup yang satu ini, ada empat kategori berbeda yang bisa disebutkan. Pertama yaitu industri besar, dan kedua ada industri menengah yang diikuti oleh industri kecil. Kemudian, untuk kategori terakhir, pengrajin, dibagi menjadi beberapa usaha yaitu pengolahan hasil pertanian seperti beras, perkebunan seperti teh, perikanan seperti ikan, peternakan seperti ayam dan kehutanan seperti pembuatan mebel.
5.      Lapangan pertambangan dan energi
Semua kegiatan kewirausahaan dilakukan dalam sektor pertambangan dan energi. Sebagai contohnya yaitu pengusaha yang beroperasi dalam tambang batu bara, minyak bumi, dan masih banyak contoh yang lainnya.
6.      Lapangan perdagangan
Lapangan perdagangan dibagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai pedagang besar, sebagai pedagang menengah, dan sebagai pedagang kecil seperti pengusaha toko kelontong atau lainnya.
7.      Lapangan pemberi jasa
Dalam ruang lingkup ini, ada beberapa kategori yang tercakup. Ada pedagang perantara, koperasi, pengusaha angkutan, pemberi kredit atau perbankan, pengusaha biro jasa travel pariwisata, pengusaha hotel dan restoran,pengusaha asuransi, perbengkelan, tata busana, pergudangan, dan lain sebagainya.
Dalam bukunya Ir. Hendro 2011 jika diuraikan secara lebih detail, ruang lingkup kewirausahaan mencakup:
1.      Rang lingkup internal
a.       Untuk kehidupan sehari-hari: keluar dari kesulitan, untuk tetap berusaha hidup dan mengawasi keterbatasan.
b.      Untuk bekerja: meraih kesuksesan dalam karir.
c.       Untuk keluarga: menjadi lokomotif ekonomi keluarga.
2.      Ruang lingkup eksternal
a.       Dalam dunia usaha: menjadi wirausahawan yang sukses.
b.      Dalam dunia masyarakat: menjadi contoh orang yang sukses dan menjadi teladan bagi lingkungan, RT, RW dan juga membantu orang lain mendapatkan nafkah bagi keluarganya.
c.       Dalam kehidupan bernegara: membantu program pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran yang tinggi dan membantu mengatasi pengentasan kemiskinan, serta menjadi lokomotif kemajuan ekonomi.
Wirausahawan Dilahirkan, Dicetak, atau Lingkungan (Direktorat pembinaan kursus dan kelembagaan)
Perdebatan yang sangat klasik adalah perdebatan mengenai apakah wirausahawan itu dilahirkan (is borned) yang menyebabkan seseoarng mempunyai bakat lahiriah untuk menjadi wirausahaw anatau sebaliknya wirausahawan itu dibentuk atau dicetak (is made). Sebagian pakar berpendapat bahwa wirausahawan itu dilahirkan sebagian pendapat mengatakan bahwa wirausahawan itu dapat dibentuk dengan berbagai contoh dan argumentasinya. Misalnya Mr.X tidak mengenyam pendidikan tinggi tetapi kini dia menjadi pengusa besar nasional. Dilain pihak kini banyak pemimpin/pemilik perusahaan yang berpendidikan tinggi tetapi reputasinya belum melebihi Mr. X tersebut
Pendapat lain adalah wirausahawan itu dapat dibentuk melalui suatu pendidikan atau pelatihan kewirausahaan. Contohnya,setelah Perang Dunia ke-2 beberapa veteran perang di Amerika belajar berwirausaha. Mereka belajar berwirausaha melalui suatu pendidikan atau pelatihan baik pendidikan/pelatihan singkat maupun pendidikan/pelatihan yang berjenjang. Dengan modal pengetahuan dan fasilitas lainnya mereka berwirausaha. Samuel Whalton pendiri Walmart yang kini menjadi retailer terbesar dunia adalah veteran yang memulai usahanya pada usia 47 tahun. Ross Perot pendiri Texas Instrument yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden Amerika dari partai independen juga seorang veteran yang berhasil dibentuk menjadi wirausahawan.
Ada yang mengatakan bahwa seseorang menjadi wirausahawan itu karena lingkungan. Misalnya, banyak orang WNI keturunan menjadi wirausahawan yang sukses karena mereka hidup di lingkungan para wirausahawan atau pelaku usaha.
Pendapat yang sangat moderat adalah tidak mempertentangkan antara apakah wirausahawan itu dilahirkan, dibentuk atau karena lingkungan. Pendapat tersebut menyatakan bahwa untuk menjadi wirausahawan tidak cukup hanya karena bakat (dilahirkan) atau hanya karena dibentuk. Wirausahawan yang akan berhasil adalah wirausahawan yang memiliki bakat yang selanjutnya dibentuk melalui suatu pendidikan atau pelatihan, dan hidup di lingkungan yang berhubungan dengan dunia usaha.
Seseorang yang meskipun berbakat tetapi tidak dibentuk dalam suatu pendidikan /pelatihan tidaklah akan mudah untuk berwirausaha pada masa kini. Hal ini disebabkan dunia usaha pada era ini menghadapi permasalahan-permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan dengan era sebelumnya. Sebaliknya orang yang bakatnya belum terlihat atau mungkin masih terpendam jika ia memiliki minat dengan motivasi yang kuat akan lebih mudah untuk dibentuk menjadi wirausahawan. Bagi yang ingin mempelajari kewirausahan janganlah berpedoman pada berbakat atau tidak. Yang penting memiliki minat dan motivasi yang kuat untuk belajar berwirausaha.

Ciri-ciri Khusus Seorang Enterpreneur yang Sukses.

Ada beberapa ciri-ciri utama yang biasanya ada di dalam diri seorang enterpreneur yang telah sukses (Ir. Hendro 2011) yaitu:
1.      Mempunyai mimpi-mimpi yang realistis dan tinggi, yang mempu diubah menjadi cita-cita yang harus ia capai. Hidupnya ingin berubah karena kekuatan emosonalnya yang tinggi dan keyakinannya yang kuat, sehingga mimpi itu bisa terwujud (puwer of dream).
2.      Mempunyai empat karakter dasar kekuatan emosional yang saling mendukung untuk sukses:
3.      Menyukai tantangan dan tidak pernah puas dengan apa yang didapat (high achiever).
4.      Mempunyai ambisi dan motivasi yang kuat (motivator).
5.      Memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuannya bahwa “dia bisa”(power of mind).
6.      Seorang yang visioner dan mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
7.      Risk Manager, not just risk taker.
8.      Memiliki strong emotional attachment (kekuatan emosional).
9.      Sorang problem solver.
10.  Mampu menjual dan memasarkan produknya (seller).
11.  Ia mudah bosan dan terkesan orang yang susah diatur.
12.  Seorang kreator ulung.
The Key of Enterpreneurship (Ir. Hendro, 2011)
Segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat, kotak harta (impian), rumah atau mobil membutuhkan sebuah kunci. Ada banyak kunci tapi kita memerlukan kunci utama untuk masuk kedalamnya dan membukanya. Hal yang sama berlaku bila kita ingin memasuki dunia bisnis. Namun, yang acap kali terjadi terjadi justru sebaliknya, kita tidak mempunyai atau lupa apa kunci utamanya (master key) lalu kita memaksa ingin masuk segera kedalamnya dan berhasrat untuk menikmatinya dengan segera. Menurut anda, kita lewat mana? Jendela? Pagar (melompat)? Mendobrak pintu? Atau lewat belakang? Atau bahkan lewat atap?
Hal itulah yang sering dilakukan orang yang ingin menekuni dan terjun ke dalam dunia bisnis. Mereka terburu-buru ingin sukses, atau langsung berjualan tanpa konsep dan strategi yang jelas. Bahkan dengan modal keberanian saja, mereka langsung “nyemplung” ke bisnis dan berjualan di pasar. Jangan pernah mendengar kata pakar enterpreneurship yang sering berkata “berani dulu, yang lain urusan belakangan”, atau “Langsung ‘nyebur’ sajadulu, baru berpikir nanti”. Buatlah konsep, strategi dan taktik yang lebih baik.
Kunci utama itu disebut the key of enterpreneurship yang terdiri dari 3 bagian pokok (lihat gambar):
1.      Bagian Pemutar (Pengungkit)—Leverage Key, yaitu:
a.       Great decision – mengambil keputusaan untuk manjadi enterpreneur.
b.      Lingkaran menemukan peluang emas (golden opportunity)
·   AKU, BISNIS dan PASAR- benang merah bisnis anda.
·   Segitiga teori kreatifitas (teori kesempurnaan, the basic of creative thinking, inspirasidan intuisi).
·   PELUANG, dari kata PELUANG juga
·   Riset dan trial (latihan) untuk memastikan peluang anda bisa diindustrikan.
·   Memberdayakan peluang anda.
2.      Bagian Batang (Tubuh) Kunci—The Body Key
Bagian ini adalah bagian yang sangat penting untuk mewujudkan sebuah bisnis yang solid setelah anda mulai berbisnis, yang mencakup:
a.       Bagian sambungan (translation joint), terdiri dari:
·   Membentuk business team skill atau secara individu.
·   The brilliant strategy to enter the market – sebelum bisnis dimulai.
·   Defining your business system and structure – konsep organisasi dan operasional.
b.      Bagian batang (transitional) tentang konsep-konsep penunjang manajemen:
·   Quality concept – is a foundation of business growth
·   8-S: The key success of business is a good managerial skill.
·   10-C: How to create an operational exellence.
·   Financial aspect: cash flow and investment strategy.
3.      Bagian Anak Kunci—The Primary Key, sebagai pembuka jalan terdiri dari:
a.      Marketting concept.
b.      How to promote your business.
c.       Selling skill is an embryo of entrepreneurial skill
Ada lima (5) tahapan sederhana yang penting dalam the key of entrepreneurship yang perlu anda resapi jika anda ingin menjadi entrepreneur. Kelima tahapan penting itu adalah:
1.      Memutuskan (decision), setelah itu
2.      Memulai (start), lalu
3.      Membangun (build) sebuah bisnis, kemudian
4.      Memasarkan (promote), dan akhirnya
5.      Mewujudkan (operate and realize) apa yang anda jual atau tawarkan kepada konsumen.

Tahap-tahap kewirausahaan:       

1.      Tahap Imitasi dan duplikasi (imitating & duplicating)
Pada tahap ini, para wirausaha meniru ide-ide orang lain, baik dari segi teknik produksi, deasain, proses, organisasi usaha dan pola pemasaranya.
2.      Tahap duplikasi dan pengembang (duplicating & developing)
Pada tahap ini, para wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya, walaupun masih dalam perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis.
3.      Tahap menciptakan sendiri produk baru yang berbeda (creating new and different)
Pada tahap ini, para wirausaha sudah dimulai berfikir untuk mencapai hasil yang baik lagi, dengan cara menciptakan produk yang baru dan berbeda. Hal ini didasarkan secara karena wirausaha sudah dimulai bosan dengan proses produksi yang ada, keingintahuanya dan ketidakpuasanya terhadap hasil yang sudah ada.
Untuk mamulai menjadi wirausaha akan dihadapkan pada tiga ketakutan, yaitu (Drs Daryanto, 2012):
1.      Takut rugi. Memang benar usaha apapun akan selalu beresiko untuk rugi tetapi juga berpeluang untuk untung.
2.      Takut terhadap ketidakpastian, terutama ketidakpastian dalam penghasilan.
3.      Takut mencoba. Sebenarnya takut mencoba tersebut dapat disamakan dengan takut tenggelam.
Faktor keberhasilan usaha seorang wirausahawan bukan hanya dilihat dari seberapa keras ia bekerja, tetapi seberapa cerdas ia melakukan dan merencanakan strateginya serta mewujudkannya. Jadi, lebih baik menjadi wirausahawan yang cerdas (smart). Apa itu smart? Smart artinya cerdas, bukan? Tetapi ada makna tersendiri mengenai smart entrepreneur, yaitu:
1.      Strategic thinker: seorang wirausahawan juga adalah seorang strategic planner yang handal. Ia tidak hanya bekerja mengandalkan kekuatan ‘otot’ tetapi juga menggunakan otak. Jadi, tidak hanya bermodalkan nekat.
2.      Motivator: bagi dirinya, bila mengalami kegagalan ia akan selalu bangkit dari kegagalan (pantang menyerah) serta menjadi motivator yang handal bagi tim dan karyawanya. You are a great motivator, too!
3.      Ambitious: Seorang wirausahawan juga harus punya ambisi. Tentu saja ambisi yang positif dan tepat. Ia harus mengindari ambisi yang busuk, yaitu target waktu yang kurang realistis alias ingin cepat (instan). Sehingga ia cenderung menghalalkan segala cara. Tabrak sana tabrak sini. Yang penting mencapai target dan cepat sukses. Ambisi semacam itu akan sulit terwujud. Dengan ambisi yang tepat, kita mempunyai semangat dan hasrat untuk mewujudkannya (gigih).
4.      Risk Manager: Seorang wirausahawan tidak hanya sekadar risk taker tetapi juga seorang risk manager bagi dirinya dan usahanya. Risk manager berarti ia tidak gegabah, tidak buru-buru, cermat. Taktikal, cerdas, dan jeli membaca resiko dan peluang sehingga ia akan memilih resiko yang optimal bagi perusahaanya.
5.      Totality: Dalam mengerjakan tugas-tugas dan membangun usahanya, seorang wirausahanya pantang mundur ke belakang/pantang menyerah. Ia bekerja secara total dengan full commitment untuk usahanya. Ia benar-benar mencintai usahanya. Untuk itu, ia berusaha agar usahanya tidak jatuh dan gagal.












PENUTUP


KESIMPULAN

Kebutuhan akan wirausahawan-wirausahawan kreatif sangat ditunggu oleh seluruh dunia termasuk Indonesia. Apalagi dalam era saat ini dimana persaingan akan hal berwirausaha sangat ketat. Menumbuhkan bibit-bibit wirausahawan yang memiliki tanggung jawab, menyukai resiko, memiliki keyakinan, energi yang tinggi, orientasi masa depan, keterampilan, dan kreatifitas merupakan tugas yang sangat berat bagi bangsa Indonesia.
Untuk memantaskan diri menjadi wirausahawan, itu berarti sudah memahami resiko kemungkinan kegagalan akan ada dalam kehidupan berwirausahanya. Tapi seorang wirausaha pula tidak akan takut akan kegagalan tersebut. Wirausahawan menggunakan kegagalan mereka sebagai tempat berkumpul dan sebagai alat untuk memfokuskan kembali usaha bisnis mereka agar berhasil. Kegagalan yang mereka dapat akan dijadikan peluang, dan menjadikannya batu loncatan untuk kesuksesan.
















DAFTAR PUSTAKA


Afiff, Faisal (1994). Menuju Pemasaran Global. Bandung: Eresco.
Archer, Howard (1990). “The Role of the Entrepreneur in the Emergence and Development  of  UK  Multinational  Enterprises”:  Journal  of  European Economic History (on line) Available: URL <http://www.cele.edu?commer/c971088.html.
Business  Town  (2000)  “Entrepreneurial:  profile  of  an  Entrepreneur. Small business Web Guide (on line). Available: URL < http://www.businesst...dspring/entrepeneur/article 1.asp
Carland,  Jame  W.  et  al.  (1984).  Differentiating  Entrepreneurs  from  small Business  Owners:  A  Conceptualization.  Academic  of  Management, Review. April 1984.
Clayton,  Oliver.  (1981).  Planning  a  Career  as  a  Business  Owner.  Business Education Forum 36.
Cole,  Arthur  (1959.  Business  Enterprise  in  its  Social  Setting. Cambridge: Harvard University Press.
Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Kasali Rhenald.2010. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika.
Kartajaya,  Hermawan,  dkk.  (1996)  36  Kasus  Pemasaran  Asli Indonesia. Jakarta: Elex Media Komputendo.
Lynn, G.S. dan Lynn, N.M. (1992), Innopreneurship, Probus Publishing Co.
Pusat latihan Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (1995). Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat 17 – 8 – 45.  Jakarta: Kloang Klede Jaya.
Zimmerer, Thomas W. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat : Jakarta

Tidak ada komentar: