MATA KULIAH
KEWIRAUSAHAAN
FAKULTAS
TEKNIK
PRODI
SISTEM INFORMASI
DOSEN
PENGAMPU : ABIDATUL MUKHOYAROH S.Sos, M, SI
PENYUSUN
NUR
INAYATUL WAFIYA (4116085)
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM (UNIPDU)
JOMBANG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan hidayah, inayah serta rahman dan
rahim-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kewirausahaan dengan judul
“Ruang Lingkup dan Disiplin Wirausaha” ini. Shalawat serta salam kami haturkan
kepada junjungan Nabi dan Rasul kita Muhammad SAW, yang telah membimbing kita
menuju ke jalan yang terang benderang serta terdapat banyak teladan bagi
umatnya
Tentunya dalam
penulisan tugas ini tidak lepas dari dukungan dan masukan serta motivasi dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu kami
mengucapkan banyak terimakasih. Kami menyadari dalam penulisan makalah terdapat
kekurangan, karena kami masih dalam proses belajar, namun kami berharap hasil
pengamatan dari berbagai sumber yang resmi ini bermanfaat bagi pembaca serta
sebagai pembanding untuk makalah-makalah selanjutnya.
Kritik dan saran sangat
kami harapkan agar kami dapat memperbaiki dan bisa menulis dengan lebih baik
lagi dalam makalah-makalah selanjutnya. Selebihnya kami mohon maaf dan terima
kasih yang sebesar besarnya.
Jombang,
01 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perubahan
global yang terjadi hampir pada seluruh aspek kehidupan, perhatian terhadap pentingnya
kewirausahaan hampir dirasakan oleh setiap orang dan setiap bangsa. Hidup di
era reformasi, rekonstruksi organisasi, perampingan struktur, dan perkembangan
teknologi, telah berdampak pada perubahan cara pandang manajemen dalam
mengelola organisasi yang lebih terpusat pada pengimplementasian organisasi yang
padat modal. Untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas perusahaan,
manajemen lebih berfokus pada penerapan teknologi terkini dibandingkan dengan
investasi pada tenaga kerja. Dalam konteks kompetisi industri yang terjadi di negara-negara
berkembang, di Indonesia kebijakan dan cara pandang seperti ini, telah menimbulkan
kebijakan pemutusan hubungan kerja yang berujung pada bertambahnya jumlah
penduduk pengangguran. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar serta ketersediaan
lapangan kerja yang sangat terbatas serta kondisi ekonomi yang belum pulih
sebagai dampak krisis mata uang dan krisis ekonomi di penghujung tahun 1997,
telah menimbulkan kesengsaraan bangsa yang berlarut-larut. Kondisi tersebut kini
bahkan semakin diperparah oleh serangkaian bencana alam yang melanda sebagian wilayah
Indonesia, bencana tanah longsor dan banjir di Pulau Jawa, guncangan gempa dan
kekeringan di Nusa Tenggara Timur, tsunami di Aceh, serta gempa tektonik yang
melanda Nias, telah menempatkan bangsa Indonesia pada posisi yang semakin
terpuruk di tengah-tengah upaya pemulihan ekonomi yang sedang berjalan.
Dalam makalah ini, kami
mendiskusikan konsep kewirausahaan dengan kesadaran bahwa globalisasi bukan
lagi merupakan suatu abstraksi, tetapi sudah merupakan suatu kenyataan hidup di
mana setiap bangsa di negara mana pun harus menghadapinya. Globalisasi yang didorong
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi terutama teknologi
informasi telah berimplikasi pada kaburnya batas-batas antarnegara, dunia semakin
terbuka, transparan, dan menjadi satu yang oleh Kenichi Ohmae disebut sebagai the
borderless world atau desa dunia. Pada konteks inilah setiap bangsa
dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan mendasar dalam berbagai aspek
kehidupan, ekonomi, politik, sosial dan budaya, serta bidang pendidikan.
Kehidupan yang terus
berlanjut dan bencana alam serta krisis yang terjadi dapat dipandang sebagai
suatu peristiwa seleksi alam di mana bangsa-bangsa yang tidak memiliki SDM yang
unggul akan terpuruk dalam ketidakberdayaan, sementara itu, bangsa yang
didukung oleh manusia-manusia yang unggul, punya visi, dinamis, serta memiliki
integritas dan komitmen terhadap kemajuan akan terus hidup dan menjadi bangsa
yang disegani. Dengan bertolak dari dasar pemikiran tersebut maka jelas peran pemerintah
dan seluruh lembaga yang ada di masyarakat harus ditujukan pada upaya untuk
menciptakan benih manusia-manusia Indonesia yang unggul, yaitu sosok manusia
Indonesia yang memiliki mental dan semangat wiraswasta atau yang sekarang lebih
populer dengan sebutan wirausaha.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
itu kewirausahaan ?
2. Bagaimana
karakteristik kewirausahaan dan karakteristik wirausaha ?
3. Bagaimana
nilai dan perilaku wirausaha ?
4. Apa
ciri seorang wirausahawan ?
5. Bagaimana
proses kewirausahaan ?
6. Apa
saja faktor-faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan wirausaha ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Sebagai
tugas untuk mata kuliah kewirausahaan
b. Untuk
melatih penulis dalam membuat makalah.
c. Untuk
mengetahui arti wirausaha dan pendapat para ahli
1.4 Manfaat Penulisan
1.
Membantu mahasiswa memahami dan
mendalami pokok bahasan khususnya tentang konsep dasar kewirausahaan,
karakteristik kewirausahaan dan wirausaha, nilai dan perilaku wirausaha, motif
menjadi wirausaha, serta proses kewirausahaan dan faktor-faktor penyebab
kegagalan dan keberhasilan wirausaha.
2.
Memberikan informasi secara mendalam
mengenai pengertian kewirausahaan, karakteristik kewirausahaan dan wirausaha,
nilai dan perilaku wirausaha, motif menjadi wirausaha, serta proses
kewirausahaan dan faktor-faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan wirausaha.
PEMBAHASAN
Konsep-konsep Dasar Kewirausahaan
Ketika pertama kali
membaca setiap literatur kewirausahaan, hampir dapat dipastikan bahwa keingintahuan
pertama kali yang muncul dalam benak kita, “seperti
apa sebenarnya orang yang disebut wirausaha itu? Apa yang membedakan mereka
dari pengusaha lainnya? Serta apa yang membuat mereka begitu spesial?
Pertanyaan seperti ini sudah barang tentu membutuhkan pembahasan panjang yang berkaitan
langsung dengan konsep dasar kewirausahaan
Jika kita menengok
literatur asing, makna yang terkandung pada konsep-konsep wirausaha tersebut adalah
sepadan maknanya dengan kata entrepreneurship
dalam bahasa Inggris. Istilah entrepreneur
itu sendiri berasal dari bahasa Prancis, yaitu entreprendre yang mengandung makna to undertake yang berarti mengerjakan atau berusaha atau melakukan suatu
pekerjaan. Ronstadt dalam (Kuratko dan Hodgetts 1989 p.6) menjelaskan bahwa the entrepreneur is one who undertakes to organize, manage, and assume
the risks of the business, yang berarti bahwa seorang wirausaha adalah
seseorang yang berupaya untuk mengatur, mengelola, serta bersedia menanggung risiko
dari suatu usaha.
Di negara kita, kewirausahaan
itu sendiri mulai dikenal masyarakat secara umum sejak Suparman Sumahamidjaya mempopulerkan istilah wiraswasta. Sejak saat
itu mulailah istilah wiraswasta dimuat di berbagai media masa, seperti surat kabar,
majalah, dalam siaran radio, dan televisi, bahkan pada perkembangan selanjutnya
berbagai ceramah dan seminar serta kursus-kursus, diselenggarakan untuk
merangsang minat dan perhatian masyarakat terhadap pengembangan kewirausahaan di
tanah air. Banyak tokoh dan pemerhati yang mencoba memberikan pengertian tentang
“apa sebenarnya yang dimaksud dengan
wiraswasta” Beberapa pemerhati yang mengikuti lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan Kewirausahaan
di Indonesia pada tahun 1976, antara lain Suparman, Moh. Said, W.P. Napitupulu, Rusly Syarif, Taufik Rashid dan
Bing. P. Lukman, menyebut-nyebut pengertian wiraswasta sebagai kegiatan atau
orang yang melakukan kegiatan dengan karakteristik inovatif, produktif, kreatif,
tekun, ulet, tidak cepat puas, dan berani mengambil risiko dengan perhitungan
terlebih dahulu (Syarif 1976).
Wiraswasta adalah seorang
yang modal utamanya adalah ketekunan, keterampilannya yang dilandasi sikap
optimis, kreatif dan melakukan usaha sebagai pendiri pertama disertai pula keberanian
menanggung risiko berdasarkan suatu perhitungan dan perencanaan yang tepat.
Secara etimologis istilah wiraswasta berasal dari kata wira dan swasta. Wira, artinya berani, utama, gagah, luhur,
teladan, perkasa, atau pejuang. Swasta
adalah paduan dari kata swa dan sta. Swa, artinya sendiri dan sta, artinya berdiri. Bertolak dari arti
secara etimologis tersebut Wasty Soemarno
(1984 h.43) merumuskan pengertian wiraswasta sebagai berikut “Wiraswasta ialah
keberanian, keutamaan, serta keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta
memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatanyang ada pada diri sendiri”.
Rumusan senada disampaikan pula oleh Pusat
Latihan Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil (1995 h.4).
“… wiraswasta/wirausaha
berarti pejuang yang gagah, luhur, berani, dan pantas menjadi teladan dalam bidang
usaha. Dengan kata lain wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai sifat-sifat
kewirausahaan, yaitu keberanian mengambil risiko, keutamaan, kreativitas, dan keteladanan
dalam menangani usaha atau perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan
kemampuan sendiri.
Konsep entrepreneur itu sendiri sebenarnya mulai
diperkenalkan pada abad kedelapan belas (abad ke-18) di Prancis ketika seorang
ahli ekonominya yang bernama Richard
Cantillon mengaitkan antara beban risiko yang harus ditanggung oleh pemerintah
dengan para pengusaha di dalam menjalankan roda ekonomi. Pada periode yang sama,
di Inggris sedang terjadi pula revolusi industri yang melibatkan sejumlah entrepreneur. Pada sat itu mereka
merupakan pemeran kunci revolusi terutama apabila dikaitkan dengan
keberaniannya dalam pengambilan risiko dan transformasi sumber daya (Kirzner 1979). Pada saat itu juga, telah
banyak para ahli ekonomi yang mencoba merumuskan pengertian yang terkandung
pada istilah entrepreneur ini. Sampai
dengan tahun 1950-an telah terdapat sejumlah definisi dan referensi entrepreneur serta kebanyakan merupakan buah
pikiran yang disumbangkan oleh para ahli ekonomi. Sebagai contoh, Cantillon (1725), Jean Baptiste Say (1803) ahli ekonomi Prancis yang termasyur pada
saat itu, Josep Schumpeter (1934)
ahli ekonomi yang geniuspada abad ke-20. Mereka semua telah menulis tentang entrepreneurship dan dampaknya terhadap
pembangunan ekonomi. Pada dekade berikutnya, telah dilakukan pula sejumlah upaya
untuk melukiskan dan mendefinisikan tentang apa sebenarnya entrepreneurship ini. Sebagai contoh, berikut kami kemukakan
beberapa batasan entrepreneurship tersebut.
“…
entrepreneurship … consist in doing things that are not generally done in the ordinary
course of business routine; it is essentially a phenomenon that comes under the
wider aspect of leadership (Schumpeter 1951, p.255).
(Kewirausahaan merupakan
segala tindakan yang pada umumnya tidak dilakukan pada kegiatan bisnis secara rutin,
melainkan merupakan sebuah fenomena yang muncul dalam aspek-aspek
kepemimpinan).
Entrepreneurship,
at least in all no authoritarian societies, constitutes a bridge between society
as a whole, especially the economy aspects of that society, and the profit-oriented
institutions established to take advantage of its economic endowments, and to stratify,
as bees they can, its economic desires (Cole 1959, pp. 27-28).
(Kewirausahaan, paling tidak
di lingkungan masyarakat yang tidak otoriter, merupakan jembatan dalam masyarakat
secara keseluruhan, terutama menyangkut aspek-aspek ekonomi di masyarakat tersebut,
dan pada lembaga-lembaga yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented) yang didirikan untuk mengambil
keuntungan dari seluruhsumber ekonomi yang dimiliki serta untuk memuaskan kebutuhankebutuhan
ekonomi dari masyarakat tersebut dengan sebaik-baiknya).
In
… entrepreneurship, there is agreement that we are talking about a kind of
behavior that includes: (1) initiative taking, (2)the organizing or reorganizing
of social economic mechanism to turn resources and situations to practical
account, and (3) the acceptance of risk of failure (Shapero 1975, p. 187).
(Di dalam … kewirausahaan,
terdapat kesepakatan bahwa kita sedang membicarakan tentang suatu perilaku yang
mencakup (1) pengambilan inisiatif,(2)pengorganisasian atau pengorganisasian kembali
mekanisme sosial ekonomi untuk mengubah situasi dan sumber daya menjadi sesuatu
yang menguntungkan, dan (3) penerimaan risiko atas kegagalan).
Unsur pokok wirausahawan sukses
Menurut Peggy A. Lambing dan Charles R. Kuehl
dalam buku Entreprenuership (1999),
kewirausahaan adalah suatu usaha yang kreatif yang membangunsuatu value dari yang belum ada menjadi ada
dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Katanya, setiap wirusahawan (entrepeneur) yang sukses memiliki 4
unsur pokok yaitu:
1.
Kemampuan(Hubungannya dengan IQ dan skill)
a. Dalam
membaca peluang
b. Dalam
berinovasi
c. Dalam
mengelola
d. Dalam
menjual
2.
Keberanian (Hubungannya dengan EQ dan mental)
a. Dalam
mengatasi ketakutannya
b. Edalam
mengendalikan resiko
c. Untuk
keluar dari zona kenyamanan
3.
Keteguhan Hati (Hubungan dengan Motivasi
Diri)
a. Persistence
(Ulet), pantang menyerah
b. Determinasi
(Teguh akan keyakinanya)
c. Kekuatan
akan pikiran (Power of Mind) bahwa
anda juga bisa.
4.
Kreativitas yang menelurkan sebuah
inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk menemukan peluang berdasarkan intuisi(Experiences)
Disiplin Ilmu Kewirausahaan
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
nilai, kemampuan dan perilaku sesorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk
memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapi.
Menurut
Soeharto Prawirakusumo, pendidikan
kewirausahaan perlu diajarkan sebagai disiplin ilmu tersendiri yang independen,
karena:
a) Kewirausahaan
berisi body of knowledge yang utuh
dan nyata, yaitu ada teori, konsep dan metode ilmiah yang lengkap.
b) Kewirausahaan
memiliki dua konsep, yaitu venture
stsrt-up dan venture-growth, ini
jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan
antara manajemen dan kepemilikan usaha.
c) Kewirausahaan
merupakan disiplin ilmu yang memiliki obyek tersendiri, yaitu kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
d)
Kewirausahaan merupakan alat untuk
menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan.
Ruang Lingkup Kewirausahaan
1.
Lapangan agraris
Mencakup berbagai kegiatan kewirausahaan yang ada pada
sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan. Misalnya yaitu para petani yang
menanam padi sehingga padi tersebut dapat diperjualbelikan. Atau juga, para pengusaha
perkebunan yang menanam berbagai tanaman yang dapat dipanen dan kemudian dapat
diperjualbelikan seperti teh, kopi dan kelapa sawit.
2.
Lapangan perikanan
Semua kegiatan kewirausahaan tentu saja berhubungan
dengan ikan. Ada usaha pemeliharaan ikan dan penetasan ikan, contohnya budidaya
lele atau ikan hias. Ada pula usaha makanan ikan yaitu pembuatan pakan ikan
seperti pelet. Kemudian, usaha pengangkutan ikan pun tercakup dalam ruang
lingkup ini.
3.
Lapangan peternakan
Ruang lingkup kewirausahaan ini mencakup semua usaha
dalam sektor peternakan. Misalnya saja usaha pengembangbiakkan burung atau
unggas, dan ada juga usaha peternakan bangsa binatang menyusui seperti kambing
dan sapi.
4.
Lapangan perindustrian dan kerajinan
Dalam ruang lingkup yang satu ini, ada empat kategori
berbeda yang bisa disebutkan. Pertama yaitu industri besar, dan kedua ada
industri menengah yang diikuti oleh industri kecil. Kemudian, untuk kategori
terakhir, pengrajin, dibagi menjadi beberapa usaha yaitu pengolahan hasil
pertanian seperti beras, perkebunan seperti teh, perikanan seperti ikan,
peternakan seperti ayam dan kehutanan seperti pembuatan mebel.
5.
Lapangan pertambangan dan energi
Semua kegiatan kewirausahaan dilakukan dalam sektor
pertambangan dan energi. Sebagai contohnya yaitu pengusaha yang beroperasi
dalam tambang batu bara, minyak bumi, dan masih banyak contoh yang lainnya.
6.
Lapangan perdagangan
Lapangan perdagangan dibagi menjadi tiga kategori
yaitu sebagai pedagang besar, sebagai pedagang menengah, dan sebagai pedagang
kecil seperti pengusaha toko kelontong atau lainnya.
7.
Lapangan pemberi jasa
Dalam ruang lingkup ini, ada beberapa kategori yang
tercakup. Ada pedagang perantara, koperasi, pengusaha angkutan, pemberi kredit
atau perbankan, pengusaha biro jasa travel pariwisata, pengusaha hotel dan
restoran,pengusaha asuransi, perbengkelan, tata busana, pergudangan, dan lain
sebagainya.
Dalam bukunya Ir. Hendro 2011 jika diuraikan secara lebih detail, ruang lingkup
kewirausahaan mencakup:
1. Rang
lingkup internal
a.
Untuk kehidupan sehari-hari: keluar dari
kesulitan, untuk tetap berusaha hidup dan mengawasi keterbatasan.
b.
Untuk bekerja: meraih kesuksesan dalam
karir.
c.
Untuk keluarga: menjadi lokomotif
ekonomi keluarga.
2. Ruang
lingkup eksternal
a.
Dalam dunia usaha: menjadi wirausahawan
yang sukses.
b.
Dalam dunia masyarakat: menjadi contoh
orang yang sukses dan menjadi teladan bagi lingkungan, RT, RW dan juga membantu
orang lain mendapatkan nafkah bagi keluarganya.
c. Dalam
kehidupan bernegara: membantu program pemerintah dalam mengurangi tingkat
pengangguran yang tinggi dan membantu mengatasi pengentasan kemiskinan, serta
menjadi lokomotif kemajuan ekonomi.
Wirausahawan Dilahirkan, Dicetak,
atau Lingkungan (Direktorat pembinaan
kursus dan kelembagaan)
Perdebatan
yang sangat klasik adalah perdebatan mengenai apakah wirausahawan itu
dilahirkan (is borned) yang
menyebabkan seseoarng mempunyai bakat lahiriah untuk menjadi wirausahaw anatau
sebaliknya wirausahawan itu dibentuk atau dicetak (is made). Sebagian pakar berpendapat bahwa wirausahawan itu
dilahirkan sebagian pendapat mengatakan bahwa wirausahawan itu dapat dibentuk
dengan berbagai contoh dan argumentasinya. Misalnya Mr.X tidak mengenyam
pendidikan tinggi tetapi kini dia menjadi pengusa besar nasional. Dilain pihak
kini banyak pemimpin/pemilik perusahaan yang berpendidikan tinggi tetapi
reputasinya belum melebihi Mr. X tersebut
Pendapat
lain adalah wirausahawan itu dapat dibentuk melalui suatu pendidikan atau
pelatihan kewirausahaan. Contohnya,setelah Perang Dunia ke-2 beberapa veteran
perang di Amerika belajar berwirausaha. Mereka belajar berwirausaha melalui
suatu pendidikan atau pelatihan baik pendidikan/pelatihan singkat maupun
pendidikan/pelatihan yang berjenjang. Dengan modal pengetahuan dan fasilitas
lainnya mereka berwirausaha. Samuel
Whalton pendiri Walmart yang kini
menjadi retailer terbesar dunia
adalah veteran yang memulai usahanya pada usia 47 tahun. Ross Perot pendiri Texas Instrument
yang pernah mencalonkan diri sebagai presiden Amerika dari partai independen
juga seorang veteran yang berhasil dibentuk menjadi wirausahawan.
Ada
yang mengatakan bahwa seseorang menjadi wirausahawan itu karena lingkungan.
Misalnya, banyak orang WNI keturunan menjadi wirausahawan yang sukses karena
mereka hidup di lingkungan para wirausahawan atau pelaku usaha.
Pendapat
yang sangat moderat adalah tidak mempertentangkan antara apakah wirausahawan
itu dilahirkan, dibentuk atau karena lingkungan. Pendapat tersebut menyatakan
bahwa untuk menjadi wirausahawan tidak cukup hanya karena bakat (dilahirkan)
atau hanya karena dibentuk. Wirausahawan yang akan berhasil adalah wirausahawan
yang memiliki bakat yang selanjutnya dibentuk melalui suatu pendidikan atau
pelatihan, dan hidup di lingkungan yang berhubungan dengan dunia usaha.
Seseorang
yang meskipun berbakat tetapi tidak dibentuk dalam suatu pendidikan /pelatihan
tidaklah akan mudah untuk berwirausaha pada masa kini. Hal ini disebabkan dunia
usaha pada era ini menghadapi permasalahan-permasalahan yang lebih kompleks
dibandingkan dengan era sebelumnya. Sebaliknya orang yang bakatnya belum
terlihat atau mungkin masih terpendam jika ia memiliki minat dengan motivasi
yang kuat akan lebih mudah untuk dibentuk menjadi wirausahawan. Bagi yang ingin
mempelajari kewirausahan janganlah berpedoman pada berbakat atau tidak. Yang
penting memiliki minat dan motivasi yang kuat untuk belajar berwirausaha.
Ciri-ciri Khusus Seorang Enterpreneur yang Sukses.
Ada
beberapa ciri-ciri utama yang biasanya ada di dalam diri seorang enterpreneur yang telah sukses (Ir. Hendro 2011) yaitu:
1. Mempunyai
mimpi-mimpi yang realistis dan tinggi, yang mempu diubah menjadi cita-cita yang
harus ia capai. Hidupnya ingin berubah karena kekuatan emosonalnya yang tinggi
dan keyakinannya yang kuat, sehingga mimpi itu bisa terwujud (puwer of dream).
2. Mempunyai
empat karakter dasar kekuatan emosional yang saling mendukung untuk sukses:
3. Menyukai
tantangan dan tidak pernah puas dengan apa yang didapat (high achiever).
4. Mempunyai
ambisi dan motivasi yang kuat (motivator).
5. Memiliki
keyakinan yang kuat akan kemampuannya bahwa “dia bisa”(power of mind).
6. Seorang
yang visioner dan mempunyai daya kreativitas yang tinggi.
7. Risk Manager, not just risk taker.
8. Memiliki
strong emotional attachment (kekuatan emosional).
9. Sorang
problem solver.
10. Mampu
menjual dan memasarkan produknya (seller).
11. Ia
mudah bosan dan terkesan orang yang susah diatur.
12. Seorang
kreator ulung.
The Key of Enterpreneurship (Ir. Hendro, 2011)
Segala
sesuatu yang berhubungan dengan tempat, kotak harta (impian), rumah atau mobil
membutuhkan sebuah kunci. Ada banyak kunci tapi kita memerlukan kunci utama
untuk masuk kedalamnya dan membukanya. Hal yang sama berlaku bila kita ingin
memasuki dunia bisnis. Namun, yang acap kali terjadi terjadi justru sebaliknya,
kita tidak mempunyai atau lupa apa kunci utamanya (master key) lalu kita memaksa ingin masuk segera kedalamnya dan
berhasrat untuk menikmatinya dengan segera. Menurut anda, kita lewat mana?
Jendela? Pagar (melompat)? Mendobrak pintu? Atau lewat belakang? Atau bahkan
lewat atap?
Hal
itulah yang sering dilakukan orang yang ingin menekuni dan terjun ke dalam
dunia bisnis. Mereka terburu-buru ingin sukses, atau langsung berjualan tanpa
konsep dan strategi yang jelas. Bahkan dengan modal keberanian saja, mereka
langsung “nyemplung” ke bisnis dan
berjualan di pasar. Jangan pernah mendengar kata pakar enterpreneurship yang
sering berkata “berani dulu, yang lain
urusan belakangan”, atau “Langsung
‘nyebur’ sajadulu, baru berpikir nanti”. Buatlah konsep, strategi dan
taktik yang lebih baik.
Kunci
utama itu disebut the key of enterpreneurship yang terdiri dari 3
bagian pokok (lihat gambar):
1. Bagian
Pemutar (Pengungkit)—Leverage Key,
yaitu:
a.
Great
decision – mengambil keputusaan untuk manjadi enterpreneur.
b.
Lingkaran menemukan peluang emas (golden opportunity)
·
AKU, BISNIS dan PASAR- benang merah
bisnis anda.
·
Segitiga teori kreatifitas (teori
kesempurnaan, the basic of creative
thinking, inspirasidan intuisi).
·
PELUANG, dari kata PELUANG juga
·
Riset
dan trial (latihan) untuk memastikan peluang anda bisa
diindustrikan.
·
Memberdayakan peluang anda.
2. Bagian
Batang (Tubuh) Kunci—The Body Key
Bagian
ini adalah bagian yang sangat penting untuk mewujudkan sebuah bisnis yang solid
setelah anda mulai berbisnis, yang mencakup:
a.
Bagian sambungan (translation joint), terdiri dari:
·
Membentuk business team skill atau secara individu.
·
The
brilliant strategy to enter the market – sebelum bisnis
dimulai.
·
Defining
your business system and structure – konsep organisasi
dan operasional.
b.
Bagian batang (transitional) tentang konsep-konsep penunjang manajemen:
·
Quality
concept – is a foundation of business growth
·
8-S: The
key success of business is a good managerial skill.
·
10-C: How to create an operational exellence.
·
Financial
aspect: cash flow and investment strategy.
3. Bagian
Anak Kunci—The Primary Key, sebagai
pembuka jalan terdiri dari:
a. Marketting concept.
b. How to promote your business.
c.
Selling
skill is an embryo of entrepreneurial skill
Ada
lima (5) tahapan sederhana yang penting dalam the key of entrepreneurship yang perlu anda resapi jika anda ingin
menjadi entrepreneur. Kelima tahapan
penting itu adalah:
1. Memutuskan
(decision), setelah itu
2. Memulai
(start), lalu
3. Membangun
(build) sebuah bisnis, kemudian
4. Memasarkan
(promote), dan akhirnya
5. Mewujudkan
(operate and realize) apa yang anda
jual atau tawarkan kepada konsumen.
Tahap-tahap kewirausahaan:
1. Tahap
Imitasi dan duplikasi (imitating &
duplicating)
Pada
tahap ini, para wirausaha meniru ide-ide orang lain, baik dari segi teknik
produksi, deasain, proses, organisasi usaha dan pola pemasaranya.
2. Tahap
duplikasi dan pengembang (duplicating
& developing)
Pada
tahap ini, para wirausaha mulai mengembangkan ide-ide barunya, walaupun masih
dalam perkembangan yang lambat dan cenderung kurang dinamis.
3. Tahap
menciptakan sendiri produk baru yang berbeda (creating new and different)
Pada
tahap ini, para wirausaha sudah dimulai berfikir untuk mencapai hasil yang baik
lagi, dengan cara menciptakan produk yang baru dan berbeda. Hal ini didasarkan
secara karena wirausaha sudah dimulai bosan dengan proses produksi yang ada,
keingintahuanya dan ketidakpuasanya terhadap hasil yang sudah ada.
Untuk
mamulai menjadi wirausaha akan dihadapkan pada tiga ketakutan, yaitu (Drs Daryanto, 2012):
1. Takut
rugi. Memang benar usaha apapun akan selalu beresiko untuk rugi tetapi juga
berpeluang untuk untung.
2. Takut
terhadap ketidakpastian, terutama ketidakpastian dalam penghasilan.
3. Takut
mencoba. Sebenarnya takut mencoba tersebut dapat disamakan dengan takut
tenggelam.
Faktor Kegagalan dan Keberhasilan
Usaha
(Ir. Hendro, 2011)
Faktor
keberhasilan usaha seorang wirausahawan bukan hanya dilihat dari seberapa keras
ia bekerja, tetapi seberapa cerdas ia melakukan dan merencanakan strateginya
serta mewujudkannya. Jadi, lebih baik menjadi wirausahawan yang cerdas (smart). Apa itu smart? Smart artinya
cerdas, bukan? Tetapi ada makna tersendiri mengenai smart entrepreneur, yaitu:
1. Strategic thinker:
seorang wirausahawan juga adalah seorang strategic
planner yang handal. Ia tidak hanya bekerja mengandalkan kekuatan ‘otot’
tetapi juga menggunakan otak. Jadi, tidak hanya bermodalkan nekat.
2.
Motivator:
bagi dirinya, bila mengalami kegagalan ia akan selalu bangkit dari kegagalan
(pantang menyerah) serta menjadi motivator
yang handal bagi tim dan karyawanya. You
are a great motivator, too!
3. Ambitious:
Seorang wirausahawan juga harus punya ambisi. Tentu saja ambisi yang positif
dan tepat. Ia harus mengindari ambisi yang busuk, yaitu target waktu yang
kurang realistis alias ingin cepat (instan). Sehingga ia cenderung menghalalkan
segala cara. Tabrak sana tabrak sini. Yang penting mencapai target dan cepat
sukses. Ambisi semacam itu akan sulit terwujud. Dengan ambisi yang tepat, kita
mempunyai semangat dan hasrat untuk mewujudkannya (gigih).
4. Risk Manager:
Seorang wirausahawan tidak hanya sekadar risk
taker tetapi juga seorang risk
manager bagi dirinya dan usahanya. Risk
manager berarti ia tidak gegabah, tidak buru-buru, cermat. Taktikal,
cerdas, dan jeli membaca resiko dan peluang sehingga ia akan memilih resiko
yang optimal bagi perusahaanya.
5. Totality:
Dalam mengerjakan tugas-tugas dan membangun usahanya, seorang wirausahanya
pantang mundur ke belakang/pantang menyerah. Ia bekerja secara total dengan
full commitment untuk usahanya. Ia benar-benar mencintai usahanya. Untuk itu,
ia berusaha agar usahanya tidak jatuh dan gagal.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebutuhan
akan wirausahawan-wirausahawan kreatif sangat ditunggu oleh seluruh dunia
termasuk Indonesia. Apalagi dalam era saat ini dimana persaingan akan hal
berwirausaha sangat ketat. Menumbuhkan bibit-bibit wirausahawan yang memiliki
tanggung jawab, menyukai resiko, memiliki keyakinan, energi yang tinggi,
orientasi masa depan, keterampilan, dan kreatifitas merupakan tugas yang sangat
berat bagi bangsa Indonesia.
Untuk memantaskan diri
menjadi wirausahawan, itu berarti sudah memahami resiko kemungkinan kegagalan
akan ada dalam kehidupan berwirausahanya. Tapi seorang wirausaha pula tidak
akan takut akan kegagalan tersebut. Wirausahawan menggunakan kegagalan mereka
sebagai tempat berkumpul dan sebagai alat untuk memfokuskan kembali usaha
bisnis mereka agar berhasil. Kegagalan yang mereka dapat akan dijadikan
peluang, dan menjadikannya batu loncatan untuk kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA
Afiff, Faisal (1994). Menuju
Pemasaran Global. Bandung: Eresco.
Archer, Howard (1990). “The Role of
the Entrepreneur in the Emergence and Development of
UK Multinational Enterprises”:
Journal of European Economic History (on line)
Available: URL <http://www.cele.edu?commer/c971088.html.
Business Town
(2000) “Entrepreneurial: profile
of an Entrepreneur. Small business Web Guide (on
line). Available: URL < http://www.businesst...dspring/entrepeneur/article
1.asp
Carland, Jame
W. et al.
(1984). Differentiating Entrepreneurs
from small Business Owners:
A Conceptualization. Academic
of Management, Review. April
1984.
Clayton, Oliver.
(1981). Planning a Career as
a Business Owner.
Business Education Forum 36.
Cole, Arthur
(1959. Business Enterprise
in its Social
Setting. Cambridge: Harvard University Press.
Hendro.2011.Dasar-dasar
Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga
Kasali Rhenald.2010. Modul
Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika.
Kartajaya, Hermawan,
dkk. (1996) 36
Kasus Pemasaran Asli Indonesia. Jakarta: Elex Media
Komputendo.
Lynn, G.S. dan Lynn, N.M. (1992),
Innopreneurship, Probus Publishing Co.
Pusat latihan Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil (1995). Kewirausahaan Indonesia dengan Semangat 17 –
8 – 45. Jakarta: Kloang Klede Jaya.
Zimmerer, Thomas W. 2008.
Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat : Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar